Minggu, 17 Maret 2013

Kota Banyak Cerita, Malang


Saya lahir di sebuah kota kecil di Jawa Timur, dingin, sejuk, dan asri (kala itu). Namanya Malang. Kota ini seperti Swiss nya Jawa Timur. Seperti anak kecil yang aman dilindungi oleh orangtuanya, Malang diapit oleh beberapa gunung. 


Seiring perkembangan waktu, malang terus berkembang dan berkembang. Semakin banyak pula orang-orang yang datang mengunjunginya setiap akhir pekan maupun hari libur panjang. Melihat keadaannya yang sekarang, malang hampir terlihat mulai kehilangan energinya. Banyak cafe-cafe mulai dari yang kecil hingga yang besar menjamur dimana-mana. Jumlahnya hampir mengalahkan jumlah warung-warung / rumah makan makanan khas dan tradisional.

Konsep Kota
Sebuah kota adalah sederet harapan untuk dipupuk, ditumbuhkan, dan disejahterakan. Jika berbicara masalah sejahtera, saya bukan hanya mengukur dari sebanyak apa gedung-gedung tinggi, pusat perbelanjaan modern, cafe-cafe mahal, dan sebanyak apa pembangunan modern seperti mendekati negara barat sana. Sejahtera adalah bila seisi kota dapat merasakan kehidupan yang baik dan menemukan perasaan cerah untuk melewati hari. Berarti, setiap kelas masyarakat harus dapat merasakan KASIH dari sebuah kota.

Yang terpenting disini adalah memahami nyawa sebuah kota itu sendiri. 

"Bila budaya tersebut adalah nyawa dan poros kehidupan penduduknya, kenapa mereka harus diperkenalkan dengan kehidupan baru yang belum tentu cocok dengan mereka" Jokowi.

Pemkot juga tak usah takut untuk mengerem laju pertumbuhan tempat-tempat modern, gedung tinggi, dan cafe-cafe. Pemkot disini punya hak dan wewenang. Mereka juga dapat melindungi toko-toko kue tradisional, warung jajanan tradisional, dll. Memang pemkot harus mau repot untuk bisa kreatif. 



Apa yang kurang?

Road dan Tata Kota
Sudah menjadi makanan sehari-hari bila hari libur panjang tiba, pintu masuk dari dan ke kota malang menjadi ramai oleh kendaraan. Saya melihat, ternyata banyak dari pengunjung malang hanya ke malang untuk berbelanja saya di Mall. " Iya saya ke malang mau belanja di GOM, Sotam. Mau maem di XMA, dll ". Namun ada pula yang ingin merasakan iklim kota batu. Saya sedikit lega.

Jelas, dengan padatnya lalu lintas, yang kurang adalah Akses Jalan. Jika jalan tidak dapat diperlebar lagi, buat dong jalan potong / bypass seperti di Jogja (Ringroad). Sehingga kerumunan kendaraan dapat dipecah. Masa selama ini hanya bisa dapet fly over A yani dan Kota Lama saja ??? Sebaik apapun perencanaannya, Kalau tidak ada eksekusi ya sama saja..

Citiwalk.

Dengan memperbaiki dan mempercantik jalan-jalannya, kota Malang dapat dinikmati secara langsung dengan memberdayakan jalannya. Karena tidak semua kota enak dinikmati!!

Dengan adanya akses untuk pejalan kaki yang rapi, indah, bersih, maka akan menarik animo masyarakat untuk berjalan kaki, sambil menikmati keindahan kota atau hanya sekedar berjalan ke tempat kerja. Dengan ini, polusi dan kemacetan dapat ditekan.

Seperti kota - kota di dunia, citywalk merupakan arena tempat menikmati nyawa dan energi sebuah kota. Kota-kota di eropa bahkan bangga dengan citiwalk mereka. Lihat saja nanti kan jalan kaki akan menjadi lifestyle seperti  bike to work .

Daerah - Daerah Tua

Daerah pusat perbelanjaan kuno juga harus dirapikan dan diberdayakan seperti di daerah pasar besar. Ini merupakan warisan budaya, sekaligus kenangan yang tak ternilai oleh apapun. Parkir-parkirnya perlu dirapikan, spanduk-spanduk juga perlu dirapikan, dan pedestrian untuk berjalan kaki juga perlu dirapikan dan dipercantik.

Bangunan tua seperti di daerah Ijen, dll juga perlu dirawat karena disinilah nyawa kota malang dahulu lahir.

Toko-toko tradisional, Jajanan Tradisional, Warung makan Tradisional

Saya melihat di malang sekarang semakin banyak berceceran tempat nongkrong anak muda seperti cafe-cafe. Heii ini kota kecil, nggak kayak jakarta, masa hanya berisi cafe saja???
Cafe modern boleh saja ada, namun jumlahnya harus dibatasi. Akan lebih baik jika angkringan tradisional juga dilindungi , diberdayakan, serta disejahterakan. 

Bakery-bakery baru dan modern sekarang juga bermunculan. Terkadang banyak bakery rumahan yang terlanjur ciut nyalinya untuk membuka usaha atau sekedar menjaga usahanya tetap buka. Nah disini peran pemerintah untuk mengajak, mengayomi dan melindungi mereka. Ayooo usaha-usaha kecil rumahan, buka toko kalian, nggak papa, kami lindungi, kami jaga, kami bantu toko kalian untuk tetap buka ..... harusnya begitulah pemerintah...

Pasar tradisional juga perlu diperhatikan. Pedagang kaki lima juga. Mereka harus diberdayakan, dikasi ruang, dan dibantu untuk tetap buka dan mempunyai pelanggan. Mereka tau aja kok kalo diberi tahu dengan baik. Mereka juga manusia. Mereka memiliki harapan untuk hidup dari energi kota ini.

Industri-industri tempe misalnya juga perlu diperhatikan. Alangkah bangganya melihat pelancong-pelancong bahkan yang asing ketika mereka meninggalkan kota malang dengan membawa buah tangan tradisional malang yang dapat kita kenali melalui merk atau kemasannya. Saya pun merasakan sendiri ketika harus kembali ke Jakarta. Satu pesawat tidak ada satupun penumpang yang tidak membawa kardus / kemasan bertuliskan oleh-oleh dari malang. Saya hafal betul itu adalah kemasan oleh-oleh dari kota malang ^^

Museum,Pasar Wisata, Taman Kota, Taman Rekreasi must move on !!

More and more....

Jadi dengan begitu, masyarakat kelas apapun dan generasi apapun, tetap dapat merasakan nafas kehidupan, nyawa dan kenangan dari kota ini. Malang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar